4 Nilai Asas Keseimbangan Keselarasan Pancasila. Asas keseimbangan dan keselarasan, berarti adanya keseimbangan antara kehidupan jasmani dan rohani, keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan masyarakat, serta keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan alam sekitarnya; 5). Nilai Asas Bhineka Tungga Ika Pancasila.
PPKNkeragaman harus dikaitkan dengan kesetaraan karenaApakah kamu lagi mencari jawaban dari pertanyaan Keragaman harus dikaitkan dengan kesetaraan, karena?Berikut pilihan jawabannyakeragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan diskriminakeragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan keterbelakangankeragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan ketinggalan budayakeragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan ketinggalan teknologiKunci Jawabannya adalah A. keragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan dari Ensiklopedia, Keragaman harus dikaitkan dengan kesetaraan, karenakeragaman harus dikaitkan dengan kesetaraan, karena keragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan jawabanya A. keragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan diskrimina? Hal tersebut sudah tertulis secara jelas pada buku pelajaran, dan juga bisa kamu temukan di internetKenapa jawabanya bukan B. keragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan keterbelakangan? Nah ini nih masalahnya, setelah saya tadi mencari informasi, ternyata jawaban ini lebih tepat untuk pertanyaan yang nggak C. keragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan ketinggalan budaya? Kalau kamu mau mendaptkan nilai nol bisa milih jawabannya ini, jawaban yang D. keragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan ketinggalan teknologi kenapa salah? Karena menurut saya pribadi jawaban ini sudah keluar dari topik yang disini sudah bisa kamu simpulkan ya, jawaban yang benar adalah A. keragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan diskrimina.
Keanekaragamangolongan atau kelompok dalam masyarakat harus dijadikan potensi untuk mempersatukan bangsa, karena pada prinsipnya antara golongan yang satu dengan golongan lainnya saling membutuhkan. Dalam perusahaan misalnya golongan atas (atasan) akan membutuhkan golongan bawah (bawahan atau karyawan).
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya.[1] Diciptakan memiliki berbagai organ tubuh yang mempunyai fungsi tersendiri, untuk menghadapi segala bentuk permasalahan yang akan dihadapi oleh manusia. Karena pada hakikatnya manusia tidak terlepas dari masalah. Jika ada orang yang mengaku tidak mempunyai masalah, maka itulah masalahnya. Bahkan manusia itu sendiri menjadi masalah bagi manusia.[2]Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial, makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dengan memiliki akal dan perasaan yang saling mengisi, menopang dan berjalan beriringan. Tersebab akal sehat pulalah, ketika manusia menjalani kehidupan, pasti memiliki tujuan.[3] Inilah yang menjadi salah satu pembeda, di mana manusia memiliki akal yang dapat memikirkan sesuatu yang ada dan atau yang terjadi di sekelilingnya. Lantas bagaimana manusia menyikapi semua perbedaan yang ada di sekitarnya?Dewasa ini, terdapat banyak sekali perbincangan terkait permasalahan keragaman dan kesetaraan manusia di dalam masyarakat. Permasalahan ini sebenarnya sudah banyak dibahas oleh para ahli dan intelek pada bidangnya, baik di dalam ataupun di luar negri. Isu keragaman dan kesetaraan manusia memang selalu menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan. Karena secara empiris memang banyak terjadi diskriminasi dan kesenjangan satu sama lain. Menurut KBBI, keragaman berasal dari kata 'ragam' yang artinya macam atau jenis. Keragaman manusia berarti bermacam-macam manusia, baik itu ditinjau dari aspek ras, gender, suku, bangsa, agama maupun budaya. Keragaman tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berbeda di setiap tempat, dan memang kita diciptakan dengan berbagai perbedaan guna saling mengenal.[4]Keragaman di dalam masyarakat akan membuat setiap individu belajar menghargai perbedaan. Dalam suatu lingkup RT saja, mungkin bisa berbeda-beda ras bahkan sampai sifat dan watak. Di sinilah manusia bisa terdidik secara alami, bagaimana caranya memahami dan menghargai dan perbedaan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Sebagai contoh, perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang memang secara genetik hampir tidak ada perbedaan antara keduanya, tetapi hakikatnya ada beberapa perbedaan dalam segi fisik maupun psikologis.[5] Perbedaan itulah yang membuat laki-laki dan perempuan saling melengkapi bukan malah perihal keragaman, tidak akan jauh dengan pembahasan kesetaraan. Karena di mana ada keragaman di dalam ruang lingkup masyarakat, pasti ingin adanya kesetaraan yang dijalankan di dalamnya. Sedangkan kesetaraan menurut KBBI, mempunyai asal kata 'setara' yang berarti sejajar atau sama tingkatannya. Kesetaraan manusia yang banyak sekali digaungkan, kesetaraan yang tidak memandang suku, agama, ras, hingga gender. Karena yang membedakannya adalah tingkat ketakwaan kita kepada Sang Pencipta.[6]Mayoritas orang yang menyuarakan kesetaraan tetapi alergi terhadap perbedaan.[7] Mereka ingin kesetaraan, tetapi lupa bahwa setiap orang itu berbeda. Mungkin memang benar kita harus setara dalam beberapa hal, tetapi tidak semua hal bisa terhadap kesetaraan harus berjalan beriringan dengan pemahaman terhadap keragaman. Jika kita memisahkannya, maka tidak akan ada titik temu dalam kesetaraan sebagaimana yang diinginkan, dengan individu yang beragam latar belakang. 1 2 3 Lihat Sosbud Selengkapnya
Ketika kita menyadari hubungan antara keduanya, kita akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana keragaman dapat menciptakan kesetaraan dan sebaliknya. Keragaman mengacu pada perbedaan dalam latar belakang, budaya, agama, dan identitas individu yang ada di dalam masyarakat.
Membacakutipan dari bagian Alkitab tersebut, jika dikaitkan dengan topik pembahasan pada pelajaran ini, ada beberapa makna yang dalam: 1. Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu. Semua ajaran Yesus dan kekudusannya harus dihayati, dijalankan, dan dipelihara. Orang Kristen tidak mungkin melakukan ajaran iman-Nya jika tidak menguduskan Tuhan.